Kendati penting, ternyata tak banyak masyarakat yang mengerti jenis obat yang beredar di Indonesia. Padahal dengan minimnya pengetahuan yang dimiliki, masyarakat jugalah yang akan merugi.
Hal ini bisa dilihat dari penggunaan obat generik di Indonesia.
Meski tren penggunaan obat generik terus meningkat, nyatanya masyarakat
lebih mengenal obat generik bermerk. Padahal pemerintah telah
menyediakan obat generik berlogo (OGB), yang memiliki kualitas sama
dengan harga lebih murah.
Kondisi ini, menurut pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, diakibatkan minimnya edukasi dan
pengetahuan yang tersedia. “Sedikit sekali edukasi yang diterima
masyarakat. Pada akhirnya masyarakat yang merugi karena harus pasrah
menerima resep dari tenaga kesehatan,” ujarnya pada KOMPAS Health.
OGB dan obat generik bermerk sebetulnya memiliki zat aktif yang
sama. Obat ini juga memiliki bahan baku, prosedur, dan metode yang sama.
Perbedaan harga yang mencapai 40-200 kali diakibatkan biaya pengemasan
dan promosi yang dilakukan terhadap obat generik bermerk.
Sayangnya, perbedaan harga yang jauh ini dianggap sebagai perbedaan
kualitas antar keduanya. “Kualitas keduanya sama, walau harganya jauh
berbeda. Hal ini jelas merugikan masyarakat. Pemerintah seharusnya
memberikan edukasi terkait obat tersebut, sehingga masyarakat bisa
memilih dan tidak pasrah menerima apapun ibat yang diresepkan,” kata
Tulus.
Terkait hal ini, Direktur Jenderal Bina Farmasi Dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Maura Linda Sitanggang mengatakan, edukasi
tersebut sudah diberikan kepada masyarakat. Namun pilihan terakhir tetap
ada di tangan masyarakat.
“Masyarakat bisa memilih obat apa yang menurutnya lebih baik.
Pemerintah sendiri lebih mendukung OGB yang jauh lebih efektif. Karena
OGB jugalah yang akan digunakan untuk JKN 2014,” kata Maura.
1 komentar:
izin shere gan and copas...
ReplyPosting Komentar