Seumur umur saya tinggal di Manado, tidak pernah kejadian banjir sehebat ini, terjadi dalam waktu yang begitu singkat.
Begitu tiba di rumah, saya justru menerima banyak BBM dan SMS menanyakan apakah rumah saya baik dan aman. Pada saat itu juga, ketika hendak menyalakan TV, listrik padam. Rupanya sudah terjadi banjir bandang, dan kiriman air dari Minahasa serentak meluncur ke arah Manado. Empat sungai besar meluap pada waktu bersamaan.
Syukurlah sopir kami masih bisa menerobos dan menjemput Krystle di sekolah, namun sudah tidak bisa kembali ke rumah. Mereka terpaksa berhenti di rumah kerabat yang memiliki ruko bertingkat. Meski belum bisa sampai di rumah, paling tidak kami sudah merasa lebih tenang, putri kami sudah aman. Tadi malam Krystle sudah dijemput dan sekarang bersama dengan kami di rumah.
Listrik dan air bersih terhenti. Beberapa kecamatan di Kota Manado memang tergenang cukup parah. Posisi rumah kami syukurlah terletak di daerah yang lumayan tinggi, jadi rumah dan mobil dalam keadaan aman. Namun lingkungan sekitar sangat parah, bahkan puluhan mobil terseret arus banjir bandang, bagaikan kotak korek api mengapung tak berdaya di tengah luasnya arus banjir yang membentuk sungai deras.
Manado benar-benar terisolasi parah. Untung saja suplai air bersih dalam kemasan botol cukup. Untuk keperluan toilet, kami menggunakan air dari kolam renang. Dua hari ini benar-benar terasa hidup di era kuno. Tanpa listrik, gadget bahkan air ledeng tidak berfungsi.
Kami mendapat berita buruk, seorang sahabat suami saya, kehilangan istri dan anaknya, tewas mengenaskan tertimpa longsor di daerah Minahasa.
Posting Komentar