Walhi: Perubahan Iklim Picu Permukaan Laut Naik
- on 09.37
- No comments
KOMPOS.INFO - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan perubahan iklim yang relatif cukup ekstrem memicu permukaan air laut naik sebagai dampak kerusakan lingkungan laut dan pesisir.
"Perubahan iklim dalam dua dekade ini telah menunjukkan dampaknya, terutama negara kepulauan yang mengalami kenaikan permukaan air laut sehingga mengancam kehilangan negara dan menjadi pengungsi ke negara tetangga yang lebih besar," kata Ode Rakhman pengampanye Pesisir dan Laut Walhi di Jakarta, Rabu (24/9/2014).
Ia menjelaskan permasalahan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak hanya persoalan ruang hidup akibat kebijakan korporasi dan konsep "open access" yang tidak bersandar pada pengelolaan kolektif masyarakat pesisir.
Akan tetapi, kata dia, kerusakan dan pencemaran ekosistem penting di wilayah pesisir, yaitu terumbu karang, hutan mangrove, dan padang lamun, sebagai dampak aktivitas penambangan, limbah industri, dan lainnya.
Menurut dia, campur tangan manusia yang terjadi melalui peningkatan gas rumah kaca, terutama karbon dioksida hingga menembus angka 400 ppm dari batas aman 350 ppm di atmosfer bumi telah memicu beragam dampak negatif, seperti cuaca ekstrem yang makin dan memurukkan masyarakat pesisir, terutama di pulau-pulau kecil.
"Ketiga ekosistem ini merupakan satu kesatuan unit ekologi yang saling berkaitan, apabila satu rusak akan memengaruhi ekosistem lainnya," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup 2008, disebutkan bahwa luas potensial mangrove Indonesia mencapai 9.204.840,32 hektare dengan luasan kondisi baik 2.548.209,42 hektare, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 hektare, dan kondisi rusak berat 2.146.174,29 hektare.
"Diperkirakan kerusakan hutan mangrove, terumbu karang dan ladang lamun terus mengalami peningkatan seiring dengan aktivitas penambangan yang marak di sepanjang pesisir, pulau kecil dan tengah laut lepas," ujarnya.
Menurut dia, hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh di sepanjang pantai, muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Fungsi ekologi hutan mangrove, antara lain sebagi pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, tempat pemijahan, dan pembesaran, serta mencari makan berbagai biota perairan.
Selain itu, melindungi terumbu karang dan pada lamun dari gempuran sendimen daratan, mengurangi erosi di daerah pesisir, dan melindungi pantai dari dampak gelombang, angin, dan ombak besar.
Untuk itu, kata dia, hutan mangrove ini harus mendapatkan perhatian khusus pemerintah dengan memperkuat rezim perlindungan pesisir, memperbaiki infrastruktur di wilayah pesisir yang merupakan front terdepan dari Indonesia.
"Pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan dan kelestarian hutan mangrove ini karena dapat mengurangi perubahan iklim dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi pantai dan naiknya permukaan air laut," ujarnya.(ant/ipg)
Teks Foto:
- Keindahan Pantai Senggigi di Lombok, Nusa Tenggara Barat saat sore hari.
Posting Komentar