Warga Jawa Tengah Desak Ganjar Bekerja Lebih Cepat


KOMPAS.info SEMARANG - Sore itu di pinggir taman sebuah Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jalan Majapahit, Semarang, Suyadi, laki-laki penjual rujak asal Blora, berteduh sejenak melepas penat. Keringat masih bercucuran petanda ia belum lama duduk di situ.

"Saya sudah 20 tahun jualan rujak di Semarang, mas," kata pria umur 45 tahun itu seperti mengeluh, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (20/8/2014).

Namun, meski sudah mencoba banting tulang memompa pendapatan dari berjualan rujak, toh roda nasib dirasa enggan berputar. Hingga Suyadi punya tiga anak pun, ia masih mendorong gerobak berkeliling menjajakan penganan rujak.

"Kadang sehari dapat Rp 50 ribu, kadang bisa Rp 70 ribu. Bisa dibilang antara Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu lah," ujar Sayudi mencoba terbuka saat ditanya soal penghasilannya dari berjualan rujak.

Tahun demi tahun dijalani Suyadi seperti tanpa ada perubahan taraf hidup. Meski Jawa Tengah berkali-kali ganti Gubernur, ia mengeluh beban hidup malah bertambah sulit. "Saya pernah ngalami habis nanam padi, mau beli pupuk enggak ada. Akhirnya saya gagal panen. Padahal saya butuh cuma satu sak, tapi sulitnya minta ampun. Itu baru kemarin-kemarin," kata Suyadi sambil geleng-geleng kepala.

Sedikit harapan muncul di hati Suyadi ketika Jawa Tengah mulai dipimpin Ganjar Pranowo. Namun, setahun berselang, harapan itu menguap manakala janji-janji Ganjar bakal membuat perubahan di Jawa Tengah belum kunjung terwujud. "Belum ada yang mencolok. Mungkin masih wajar, namanya baru setahun," ungkap pria yang mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar tersebut.

Namun, Suyadi ingin Ganjar segera bergerak lebih cepat dalam memimpin Jawa Tengah. "Semua perlu dibenahi. Di daerah Blora yang paling parah itu jalan. Saya setiap ketemu orang, pasti yang dibicarakan jalan. Kata dia ,'Saya pernah ke Bojonegoro lewat Blora, jalan jeleknya minta ampun'," ungkap Suyadi mengutip pernyataan orang.

Ganjar Pranowo resmi menjadi Gubernur Jawa Tengah sejak 23 Agustus 2013. Artinya, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini sudah satu tahun memimpin Jawa Tengah. Semasa berkampanye di Pemilihan Gubernur lalu, ia mengusung jargon mboten korupsi mboten ngapusi.

Di awal-awal masa jabatannya, Ganjar pernah sesumbar bakal membuat perubahan yang positif di Jawa Tengah dalam tempo tiga tahun saja. Namun, setelah setahun memimpin Jawa Tengah, Ganjar dinilai belum membuat gebrakan yang berarti.

Sementara, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko, menyatakan Pemerintah Provinsi akan melakukan evaluasi setelah pemerintahan berjalan selama setahun. Dia menyatakan Pemerintah bertekad bekerja keras membuat perubahan di Jawa Tengah.

"Di satu sisi pemerintah berusaha sekeras-kerasnya di sisi lain Dewan memberi masukan. sepanjang kritik itu konstruktif, saya kira tidak masalah," kata Heru di DPD PDI Perjuangan di sela-sela acara nonton bareng sidang Mahkamah Konstitusi atas sengketa Pemilihan Presiden, Semarang, Kamis lalu.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, punya cara sendiri merayakan setahun kepemimpinannya di Jawa Tengah. Dia menggelar Festival Hari Ulang Tahun Jawa Tengah ke-64 di Simpang Lima Semarang selama tiga hari berturut-turut sejak 21 sampai 23 Agustus. Di hari kedua, Ganjar membikin parade seni budaya Jawa Tengah dengan begitu megah.

"Parade budaya ini baru pertama digelar di Jawa Tengah. Tujuannya merayakan ulang tahun kemerdekaan RI, ulang tahun Jawa Tengah yang ke 64, dan ulang tahun saya dan Pak Heru setahun memimpin Jawa Tengah," kata Ganjar saat membuka parade di Simpang Lima Semarang, Jumat malam kemarin.

Iring-iringan parade budaya dimulai dengan atraksi ratusan grup drum band dari Akademi Kepolisian Semarang dan selanjutnya iring-iringan barongsai Naga Doreng Arhanud Kodam IV Diponegoro. Sebelum mereka beratraksi, langit di atas Bundaran Simpang Lima lebih dulu dipecahkan dengan kembang api yang meriah.

Parade budaya diikuti 35 Kabupaten atau Kota yang ada diwilayah Jawa Tengah. Para peserta parade sepertinya merupakan muda-mudi pilihan karena tampil cantik dan gagah.

Banyak ragam yang ditampilkan dalam iring-iringan parade budaya malam ini. Masing-masing Kabupaten menampilkan budaya mereka yang unik di Lapangan Simpang Lima. Parade dari Kabupaten Pemalang misalnya, menghadirkan puluhan muda-mudi dari Kecamatan Warung Pring menghadirkan tarian islami dengan tabuhan rebana. Busana mereka tertutup tapi tetap mengesankan cantik.

Dengan suguhan ini, Lapangan Simpang Lima sudah dihadiri seribuan pengunjung sejak pukul 19.00 WIB. Bahkan, puluhan turis dari mancanegara terlihat menyelip dan membaur dengan turis lokal. Namun, hujan lebat yang turun tidak sampai lima menit berhasil membubarkan parade yang sebenarnya sudah hampir selesai menjelang pukul 23.00 WIB

Posting Komentar