Hati-Hati Bantuan Kemendikbud Ternyata Penipuan


SURABAYA – Surat berkop Kemendikbud itu semula mendapat sambutan gembira kepala sekolah. Bagaimana tidak, sekolah-sekolah diberi bantuan peralatan pembelajaran, seperti peralatan lab IPA, pendidikan IPS, matematika, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK), serta teknologi, informasi, dan komputer (TIK). Tapi, ternyata itu penipuan.

Modus penipu cukup cerdik. Beberapa waktu terakhir, mereka mengirimkan surat disertai lampiran dari Kemendikbud untuk dinas pendidikan provinsi. Isinya, akan ada pelatihan atau bimbingan teknis terkait rencana bantuan peralatan tersebut. Jadi, sekolah yang tidak jeli akan terkecoh. Apalagi ada tiruan kop Kemendikbud. Bahkan, ada orang yang datang dengan membawa surat itu dan mengaku dari Kemendikbud.
”Jangan sampai tertipu. Karena sudah banyak kasusnya,” ungkap Humas Dispendik Surabaya Eko Prasetyoningsih. Menurut Eko, dispendik telah mendapatkan surat edaran resmi dari Kemendikbud.

Surat tersebut juga dikirim ke dispendik kota/kabupaten se-Indonesia. Tertanggal 20 Agustus, surat edaran bernomor 3051/C3/KP/2014 itu mengimbau seluruh kepala sekolah agar berhati-hati. Sebab, ada penipu bergentayangan yang menawarkan bantuan peralatan pendidikan.

Padahal, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud tidak akan memberikan bantuan langsung ke sekolah tanpa melalui dispendik kabupaten/kota. ”Kepala sekolah diminta mentransfer sejumlah uang. Jadi, jangan percaya,” ujar Eko.

Selain penipuan bantuan peralatan, ada modus lain berupa acara pelatihan. Kepala SMKN 2 Bahrun mengaku pernah mendapat kiriman surat untuk mengikuti acara bimtek di salah satu hotel di Jakarta. Namun, sekolah diminta mentransfer sejumlah uang dahulu. ”Untungnya, saat itu saya tahu surat tersebut palsu,” ujarnya.

Sebagai kepala sekolah yang sering menerima surat resmi dari Kemendikbud, Bahrun hafal tanda tangan para pejabat. Ketika mendapat surat palsu, dia tidak mengenali tanda tangan yang tertera di sana. ”Tanda tangannya tidak sama dengan pejabat yang saya kenal. Kop surat juga beda. Pokoknya, banyak yang ganjil,” tuturnya.

Sebagai ketua MKKS SMK negeri, Bahrun mengoordinasikan masalah tersebut dengan seluruh kepala sekolah. Apalagi modus penipuan seperti itu masih ada hingga sekarang.

Terakhir, surat palsu yang banyak dikirim kepada Kasek berisi ajakan mengikuti pelatihan kurikulum 2013. Namun, lagi-lagi mereka harus menyetor sejumlah uang dahulu.

Bahrun pun berkoordinasi dengan seluruh Kasek agar lebih baik mengonfirmasikan ke dispendik bila menerima surat sejenis. ”Jangan mengambil langkah sendiri,” katanya.

Posting Komentar