30 Anak Terjangkit HIV/AIDS
Agar Bertahan Hidup, Sepanjang Hayat Minum ARV
MIRIS: Sebanyak 30 anak di Jember yang terjangkit HIV/AIDS bersama
dengan orang tuanya mendapat penyuluhan dari VCT RSD dr Soebandi Jember
Kamis (29/1).
KOMPOS – JEMBER – Siapa pun akan iba melihat mimik wajah 30
anak dan bayi yang mengikuti penyuluhan di Klinik VCT RSD dr Soebandi
Jember. Puluhan anak tersebut harus menanggung derita karena terjangkit
virus mematikan, HIV/AIDS. Mereka harus mengonsumsi obat antiretroviral
virus (ARV) sepanjang hayatnya agar bisa hidup lebih lama.
Kenyataan itu terungkap dalam acara penyuluhan dan silaturahmi orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dilaksanakan VCT RSD dr Soebandi Jember.
Mereka Kamis (29/1) berkumpul untuk mengikuti penyuluhan cara memberikan
ARV kepada anak-anak ODHA yang positif.
Namun, sebenarnya bukan hanya 30 anak itu yang terjangkit HIV/AIDS di
Jember. ’’Kalau sejak ada VCT disini, sekitar 50 anak yang terinfeksi
HIV/AIDS,’’ ungkap dr Justina Evy Tyaswati, dokter spesialis jiwa RSD dr
Soebandi yang juga kepala Klinik VCT.
Menurut Evy, mereka adalah anak-anak berusia 15 bulan hingga 12
tahun. Bayi baru dapat diketahui positif atau negatif HIV/AIDS setelah
berusia sekitar 15 bulan. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 20 anak
meninggal dunia. Sebagaimana diketahui, hingga kini penyakit tersebut
belum ditemukan obatnya.
Untuk kasus yang terjadi pada anak-anak, Evy menuturkan, mereka
secara otomatis terjangkiti HIV/AIDS akibat tertular ibunya yang
mengidap HIV/AIDS. ’’Penularan itu bisa terjadi saat dalam kandungan,
atau saat dalam proses menyusui,” katanya.
Namun, lanjut dia, secara keseluruhan, pasien penderita HIV/AIDS asal
Jember tercatat 1.200 orang. Penderita terbanyak adalah ibu rumah
tangga.
Sementara itu, kantong-kantong penyumbang penderita HIV/AIDS terbesar tetap wilayah Jember Selatan, terutama Kecamatan Puger.
Menurut dia, anak-anak yang diketahui positif HIV/AIDS terpaksa harus
minum obat ARV sepanjang hidupnya agar dapat hidup lebih lama. Meskipun
penderita bayi, ARV harus diberikan untuk menurunkan kekuatan virus.
’’Bukan membuang atau mematikan virusnya, hanya melokalisasi,’’ ujarnya.
Dengan begitu, pertumbuhan virus tersebut tidak ganas dan tidak cepat
menyebar.
Evy mengungkapkan, sebenarnya anak-anak itu bisa terhindar dari
HIV/AIDS jika diketahui sejak awal dalam kandungan. Namun, rata-rata
mereka baru diketahui positif HIV/AIDS saat mengalami gejala
sakit,misalnya gatal atau diare, yang tidak kunjung sembuh. Setelah
diketahui positif, ternyata ibunya juga positif HIV/AIDS. Padahal, jika
diketahui sejak awal,ibu kandung dapat diberi ARV untuk menekan penyakit
itu.
Pemberian obat kepada ibu hamil yang positif HIV/AIDS, jelas dia,
cukup efektif mencegah penularan virus tersebut kepada bayi. Pasalnya,
sejak menangani VCT pada 2004, terdapat perempuan positif HIV/AIDS dan
hidup hingga sekarang.Perempuan tersebut memiliki anak negatif HIV/ADIS.
’’Anaknya inilah yang kita perjuangkan harus hidup dan tidak terinfeksi
HIV/AIDS,’’ katanya.
Hal tersebut, lanjut dia, sesuai dengan program mother to child prevention.
Yakni, penderita HIV/AIDS yang hamil dan diusahakan dapat melahirkan
anak yang terbebas HIV/AIDS. Salah satu bentuk pencegahan adalah
dilakukan operasi saat melahirkan, tidak boleh menyusui, serta bayi
diberi ARV selama dua bulan. dengan demikian, bayinya bisa terbebas dari
penyakit tersebut.
Menurut dia, itu yang terus diperjuangkan hingga kini. Sebab, bayi
tidak mengetahui dan tidak bersalah jika harus dilahirkan dengan
HIV/AIDS. Dia mengimbau seluruh masyarakat yang merasa pernah
berperilaku tidak sehat untuk segera memeriksakan diri di berbagai
klinik VCT di Jember.
Kelompok berperilaku tidak sehat dan berisiko tinggi, kata dia,antara
lain berganti-ganti pasangan seks, tidak pakai pelindung, serta
menggunakan jarum suntik tidak steril dan bersama-sama. ’’Semakin
diketahui sejak awal, lebih mungkin bisa selamat,’’ tutur Evy.
Apalagi, saat ini VCT bukan hanya di RSD dr Soebandi. Namun, klinik
VCT sudah ada di sejumlah puskesmas di Jember. ’’Sekitar tujuh yang
memiliki VCT,’’ ungkap Evy. Yaitu, Puskesmas Jember Kidul, Wuluhan,
Puger, Kencong, Tanggul, Sumberjambe, dan Sukowono. Karena itu,
masyarakat yang memiliki risiko tinggi harus segera memeriksakan diri.
Posting Komentar