Rencana Bikin Bensin Jenis Baru Bergulir Lagi


JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan akan mengeluarkan bensin jenis baru. Nama produknya masih dirahasiakan. Yang jelas, kualitasnya di atas premium, tapi tidak lebih baik daripada pertamax.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, produk baru tersebut juga memiliki research octane number (RON) tersendiri. Lantaran tidak lebih bagus daripada pertamax, kandungan oktannya di antara 88 dan 92. ”Tidak masalah (ada produk baru). Yang jelas bakal untung karena menetapkan harga sendiri,” ujarnya kemarin (15/4).

Selama ini Pertamina mengaku masih rugi dalam menjual premium. Harga bensin jenis itu, meskipun sudah tidak disubsidi, masih ditetapkan pemerintah. Otoritas energi masih punya campur tangan untuk menentukan harga jual per liter. Contoh teranyar adalah saat harga premium naik pada akhir Maret lalu. Harga yang ditetapkan pemerintah berbeda dengan hitungan Pertamina.

Pembuatan bensin jenis baru itu sebenarnya sudah menjadi wacana lama. Pertamina dirasa perlu menjual bensin RON 90. Sejatinya dahulu produk itu ada dengan merek dagang premix.
Seperti diketahui, premium di Jawa, Madura, dan Bali saat ini dijual Rp 7.400 per liter. Sedangkan pertamax Rp 8.600 per liter. Untuk area, rencananya BBM jenis baru itu dijual di Pulau Jawa terlebih dahulu bulan depan.

Mekanismenya, BBM jenis baru diletakkan di area perkotaan. Posisi nozzle-nya menggantikan slang biru milik premium. Jadi, tidak ada investasi besar untuk memasukkan produk anyar itu. ’’Premium nanti diarahkan untuk transportasi umum dan sepeda motor,’’ terangnya.

Lantaran premium dibuat makin terbatas, SPBU yang memiliki produk tersebut hanya ada di pinggiran kota. Selain itu, produk RON 88 tersebut bisa ditemukan di beberapa pom bensin yang memiliki rute transportasi umum. Meski demikian, tidak ada aturan baku yang mendukung pembagian pengguna bensin itu.

Maksudnya, masyarakat tetap bisa memilih mau pakai bensin jenis apa di kendaraannya. Premium, pertamax, pertamax plus, atau produk baru. ’’Bebas, cuma lokasinya sudah berbeda. Kalau mau mendapat yang lebih bagus, bisa beli di tengah kota. Atau kalau mau lebih murah dengan kualitas lebih rendah, bisa ke pinggiran,’’ jelasnya.

Dia berharap bensin jenis baru itu bisa mengurangi kerugian Pertamina dari sektor penjualan BBM. Cara tersebut, kata Ahmad, sebenarnya mirip dengan penyediaan gas dalam tabung untuk segmen berkelas, yakni Bright dan Ease Gas. Nah, ketika ada momen Pertamina tidak bisa menaikkan harga elpiji 12 kg, harga dua produk berkelas itu dinaikkan. Dia yakin, bensin jenis baru tersebut bisa menolong Pertamina. ”Seberapa pun akan mengurangi kerugian. Apalagi, ini beda, lebih bagus, lebih hemat, lebih ramah lingkungan,” katanya.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto menambahkan, Pertamina berusaha untuk menekan kerugian. Seperti diberitakan, pada Januari dan Februari ini Pertamina rugi USD 212,3 juta atau setara Rp 2,75 triliun. ”Itu karena beban pembelian inventori saat mahal. Sekarang akan diperbaiki,” ungkapnya.

Meski mengalami masa sulit, Pertamina tidak bisa seenaknya menaikkan harga produk tertentu sebagai kompensasi. Cara itu, menurut mantan Dirut PT Semen Indonesia tersebut, malah bisa jadi bumerang.
”Enggak bisa menaikkan begitu saja. Nanti akan pindah ke produk subsidi,” tuturnya.

Posting Komentar