Setiap Hujan Deras, Tanggul Lumpur Lapindo Pasti Jebol

Setiap Hujan Deras, Tanggul Lumpur Lapindo Pasti Jebol

Warga Selamatkan Diri tanpa Bala Bantuan


SUDAH SEPAHA: Kondisi rumah warga Desa Gempolsari yang kemasukan air banjir mendadak lantaran tanggul lumpur Lapindo jebol tadi malam.
KOMPOS – SIDOARJO – Hujan seperti menjadi momok bagi warga di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo. Setiap terjadi hujan, dengan lama di atas 10 menit, bisa dipastikan tanggul jebol, lalu diikuti limpahan air dari pusat semburan lumpur ke rumah warga.

Kamis malam (25/12) air banjir kembali meluap. Itu adalah kejadian kedua sejak musim hujan tahun ini. Puluhan rumah di RT 10, RW 2, Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, terendam lumpur lagi. Lumpur tersebut menggenangi rumah mereka sejak pukul 17.00. Bahkan, banjir sudah setinggi lutut orang dewasa.

Namun, hingga berita ini diturunkan pukul 21.00, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan badan penangulangan bencana daerah (BPBD) belum bertindak untuk mengevakuasi warga. ’’Di dalam selutut, tapi kalau di luar (halaman, Red), ya sepaha ada,’’ ujar Sulastri, salah seorang warga Desa Gempolsari.

Kemarin sore (25/12) hujan deras kembali mengguyur Kota Delta. Di Desa Gempolsari, hujan turun sekitar pukul 15.00. Namun, tidak sampai dua jam, 21 rumah yang berada di sisi selatan Sungai Ketapang tenggelam. Rata-rata ketinggian lumpur yang masuk rumah mencapai 50–70 sentimeter atau setara lutut orang dewasa.

Sulastri mengatakan, karena insiden banjir itu, dirinya bersama keluarga berharap pihak pemerintah turun tangan untuk mengevakuasi warga ke kantor Balai Desa Gempolsari. ’’Saya sudah mengirim SMS ke BPLS dan BPBD, tapi sampai sekarang tidak ada yang datang ke lokasi,’’ ujarnya.
 berita bojonegoro portal bojonegoro radar online post bojonegoro kriminal bencana alam kejahatan
Dari 21 rumah yang terendam, ada sebanyak 24 kepala keluarga (KK) dengan 99 jiwa yang tinggal. Saat lumpur menenggelamkan rumah mereka pada 16 Desember lalu, semua mengungsi ke kantor balai desa. BPLS-lah yang membantu proses evakuasi mereka. Pihak kepolisian juga membantu mengamankan lokasi saat ditinggal mengungsi. Namun, kali ini agaknya warga dibiarkan. Tidak ada pihak dari BPLS, BPBD, dan kepolisian yang ke lokasi banjir.

Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Dwinanto Prasetyo mengaku belum mengetahui insiden banjir lumpur kemarin sore. Namun, dia menyebutkan, apabila banjir kembali terjadi, BPLS telah menyiapkan perlengkapan evakuasi. ’’Apabila ada warga yang mau mengungsi, ya nggak masalah. Kami sudah mempersiapkan sejak lama,’’ katanya. Dia menambahkan, perlengkapan evakuasi yang disiapkan BPLS adalah matras, selimut, dan logistik.

Dari mana banjir lumpur itu? Dwinanto menyebutkan, sangat mungkin lumpur bersumber dari jebolnya tanggul titik 73 Desa Kedungbendo. Benar saja, pada 30 November, tanggul tersebut jebol sepanjang 4 meter. Upaya BPLS untuk mengatasinya adalah membuat tanggul baru. Itu merupakan tanggul yang menghubungkan tanggul titik 73 Desa Kedungbendo dan titik 67 Desa Gempolsari. Namun, hingga kemarin, penanggulan tersebut belum selesai. ”Tanggul baru nanti sepanjang 1,7 kilometer, tapi sekarang sudah selesai 700 meter,” sebut Dwinanto.

Dia menambahkan, selama pengerjaan tanggul baru, BPLS telah menanggul sementara di titik 73 B. Tanggul tersebut juga dilengkapi sandbag dan sesek (anyaman bambu) untuk menghalau lumpur agar tidak mengalir ke timur (Desa Gempolsari). Sayang, hujan deras yang mengguyur Kota Delta Kamis sore (25/12) mengakibatkan tanggul sementara itu ambles. Akibatnya, aliran lumpur mengalir deras ke Desa Gempolsari.

Sementara itu, Rabu malam (24/12), BPLS dan warga Desa Gempolsari melakukan pertemuan untuk membahas protes warga karena adanya penanggulan. Warga meminta BPLS tidak melanjutkan penanggulan karena tanggul tersebut dibangun di atas lahan warga yang notabene belum mendapat ganti rugi lahan.

Dalam pertemuan tersebut, ada dua tuntutan yang disampaikan warga. Pertama, warga meminta BPLS memfasilitasi pertemuan warga dengan Bupati Sidoarjo Saiful Ilah untuk membahas ganti rugi. Kedua, warga meminta BPLS memompa lumpur yang menggenang di rumah mereka. ’’Untuk pemompaan lumpur, kami sudah siapkan pompa dan ekskavator. Itu sudah beroperasi sejak tadi pagi,’’ ujar Dwinanto kemarin.

Posting Komentar