KOMPOS.info - PASURUAN – Nasib malang menimpa Jaelani, 55, warga
Dusun Jambean, Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.
Minggu pagi (14/9) lelaki yang sehari-hari dikenal sebagai takmir masjid
dusun setempat itu tewas dibunuh. Dia diduga dihabisi saat akan
menunaikan tugas sebagai muazin menjelang salat Subuh.
Jasad korban ditemukan Riana, warga setempat, saat saksi berniat
pergi ke pasar pada pukul 05.30. Ketika korban ditemukan, posisinya
telentang di pinggir jalan desa. Temuan tersebut lantas diteruskan
kepada warga yang sedang pengajian rutin mingguan di Masjid Baitur
Rahman, sekitar 300 meter dari TKP. Warga pun mendatangi lokasi. Dari
sanalah, diketahui bahwa korban yang terbujur kaku di lokasi adalah
Jaelani.
Kematian korban dengan cara dibunuh mengejutkan warga. Selain
sosoknya pendiam, Jaelani dinilai rajin ke masjid. Setiap hari, sejak
pukul 03.30, korban berangkat ke masjid untuk mengumandangkan azan
subuh. Rutinitas itu dilakoni korban sejak 2005. Diduga, saat dalam
perjalanan ke masjid tersebut, dia dihabisi. Ketika ditemukan, Jaelani
mengenakan sarung, baju koko putih yang dibalut jas warna gelap, kopiah
putih, dan serban.
Selain sebagai pengurus masjid, korban menjadi buruh tani. Meski
begitu, di sela kesibukannya di sawah, dia masih menyempatkan waktunya
untuk membersihkan masjid yang berjarak sekitar 700 meter dari rumahnya.
Istri korban, Khatimah, 53, kini tinggal berdua dengan putra
terakhirnya, Muhammad Akhyar, 22. Sebab, tiga anaknya sebelumnya
meninggal karena sakit.
Khotimah mengungkapkan, tidak ada yang ganjil dari perilaku korban.
Suaminya berangkat ke masjid sekitar pukul 04.00. ’’Kami tidak memiliki
harta warisan apa pun. Seingat saya, bapak tidak memiliki musuh atau
pernah bertengkar,’’ katanya. Khotimah pun mengikhlaskan kepergian
suami. Dia serahkan balasan bagi siapa pun yang melakukan kepada Tuhan.
Muhammad yang ditemui di RSUD dr R Soedarsono tidak pernah menyangka
ayahnya meninggal dengan cara dibunuh. Terlebih, selama ini ayahnya
tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Meski begitu, sebelumnya
ayahnya membicarakan persoalan pengairan sawah dengan ibunya. ’’Sekitar
dua bulan lalu pernah berbincang soal pengairan sawah. Tapi, saya tidak
tahu persisnya soal apa,’’ ujar pemuda yang dua bulan lagi menikah
tersebut.
Di tempat terpisah, aparat Polsek Winongan yang melakukan olah TKP
(tempat kejadian perkara) mengamankan sebuah gembok dan puntung rokok
yang masih panjang. Namun, belum bisa dipastikan dua temuan itu
berhubungan atau tidak dengan kejadian tersebut.
Berdasar pantauan Kompos Radar Bromo, di lokasi
ditemukannya korban, masih terdapat bercak darah korban. Menurut
keterangan keluarga, korban ditemukan melintang tepat di jalan pinggir
sawah dengan posisi kepala menghadap ke utara, atau sejajar jalan.
Ditengarai, mayat tersebut dipukul dari arah samping kiri. Posisi pelaku
datang dari kegelapan tegalan di sebelah barat.
Polisi menduga korban dibunuh dengan cara dipukul. Sebab, ada luka
memar di bagian belakang kepala dan pelipis kanan korban. ’’Dugaan benda
tumpul. Mungkin palu,’’ ungkap petugas yang namanya tidak mau
disebutkan.
Sumber: Jawapos
Posting Komentar